Posted by : Restu Wong Tuo 2013/11/11

New_News Kehilangan Francesco Totti dan Gervinho membuat AS Roma seperti serigala pincang, yang kemudian berefek pada kompetisi Seri A. Persaingan merebut puncak klasemen makin terbuka setelah Juventus mengalahkan Napoli.


Roma tentu harus berhati-hati setelah pada dua pertandingan terakhir di Seri A cuma dapat dua poin hasil dua kali main imbang. Sedikit saja gegabah, maka 'Si Nyonya Tua' siap menggelincirkan mereka dari posisi pertama. Patut ditunggu pertarungan kedua tim ini pada 6 Januari nanti.



Tapi, sebelum ke pertandingan besar lawan Roma itu, satu penghambat telah Juventus singkirkan. Kemenangan telak 3-0 atas Napoli di Juventus Arena, dinihari tadi membuat persaingan serie-A semakin ketat dan menarik.

Susunan Terbaik Kedua Tim

Bertarung di kompetisi Seri A, Antonio Conte kembali ke formasi kesukaannya 3-5-2, setelah sebelumnya menerapkan formasi 4-3-3 saat menjamu Real Madrid di Liga Champions. Terbukti, Juventus kembali ke permainan terbaiknya.

Conte juga melakukan sedikit rotasi pemain tadi malam. Absennya Chiellini akibat cedera ditambal oleh Ogbonna di posisi bek. Sedangkan permainan Marchisio yang buruk pada laga melawan Madrid, membuat ia dibangkucadangkan. Conte lebih memilih trio Vidal-Pirlo-Pogba di lini tengah.

Di kubu Napoli perubahan juga terjadi. Saat menghadapi Marseille di Liga Champions, Benitez sengaja menyimpan tenaga Hamsik, Behrami dan Insigne untuk laga melawan Juventus. Pada laga tadi malam, Napoli tampil komplet. Ini jadi bukti keseriusan Benitez dalam upaya mengalahkan Si Binconeri di depan pendukungnya sendiri.


Conte Mengubah Taktik

Ketika melawan tim-tim besar, sudah jadi kebiasaan Juventus untuk mengandalkan serangan balik secara cepat lewat poros tengah yang menusuk ke jantung pertahanan lawan. Tapi pada laga tadi malam, Conte seolah tak melakukannya. Penyebabnya tak lain gol cepat dari Fernando Llorente di menit pertama.


Saat menyerang, Conte lebih meminta anak asuhnya bersabar memainkan tempo sembari mencari celah untuk mencetak gol. Ini karena Benitez mengintruksikan pemainnya bermain rapat. Bahkan, posisi poros ganda Valon Behrami- Goekhan Inler teramat rapat dengan lini belakang.

Kerapatan lini tengah dan belakang Napoli ini tak lain adalah reaksi terhadap Juventus yang selalu mengeksplorasi serangan dari tengah (lihat chalkboard di atas). Saat menyerang, formasi Juve seolah jadi 3-3-3-1 dengan menarik Tevez mundur sejajar dengan Pogba-Vidal. Peran Llorente bukan sebagai target man tapi hanya pemantul bola. Ia pun menjaga jarak dengan 3 pemain di belakangnya agar tak terlalu renggang.

Tevez-Pogba-Vidal-Llorente sengaja memancing Napoli untuk bermain merapat ke dalam kotak penalti. Tetapi, inti utama serangan sebenarnya bukanlah dari tengah. Melainkan dari dua wingback kanan-kiri Kwadwo Asamoah dan Mauricio Isla. 

Di babak pertama, Juve memang bermain bola-bola atas. Suplai dari sisi sayap pun nyaris tak terganggu selama pertandingan. Di babak pertama, ada 17 crossing yang dilakukan dari sayap. Jumlah itu berbeda jauh di babak kedua yang hanya 3 crossing.

Lantas bagaimana memancing dua full back Napoli Pablo Armero- Christian Maggio merapat ke dalam kotak penalti? Conte melakukannya dengan meminta Pogba-Tevez naik sedalam mungkin setelah bola dipantul Llorente. Posisi mereka kadang sejajar dengan Llorente, namun kadang juga lebih dalam darinya. 

Memanfaatkan Sayap Napoli

Kecerdikan Conte kembali datang. Dia memanfaatkan dua pemain sayap Napoli, Callejon dan Insigne, yang memang buruk dalam bertahan. Saat diserang, kedua pemain ini amat jarang membantu pertahanan. Bahkan, saat mundur pun keduanya selalu terlambat dan ketinggalan.


Menarik dicermati adalah posisi Isla yang tak semaju Asamoah (Iihat gambar di atas). Sampai menit 15, Juve memang selalu menyerang dari kanan. Lalu, pada periode waktu menit ke-15 hingga ke-30, serangan berganti dari arah kiri. Bedanya, Isla tak berani maju seperti apa yang dilakukan Asamoah.


Sebelum memasuki area final third, biasanya Isla sudah melakukan umpan silang ke dalam kotak penalti. Sementara itu, Asamoah diberi keleluasaan untuk melakukan dribble menusuk ke dalam kotak pinalti. 

Hal ini tak lain karena Conte mewaspadai serangan balik Napoli di sisi kiri lewat Insigne. Pemain ini dikenal memiliki kecepatan dan tendangan yang cukup akurat. Terbukti, pada laga dinihari tadi, barisan kanan Juventus cukup dibuat kelabakan oleh Insigne. Dari 13 attempts dilakukan Napoli ke gawang Buffon sepanjang 2x45 menit, hampir setengahnya dilakukan oleh Insigne.

Peluang yang dibuat Insigne tak lepas dari perubahan taktik Benitez terhadap Behrami. Posisinya digeser agak depan, sehingga tak sejajar dengan Inler. Lewat kaki Behrami suplai bola dialirkan ke depan. 

Sebelumnya, ada gap yang cukup jauh antara barisan belakang dan depan Napoli. Jarak inilah yang membuat Andrea Pirlo leluasa bermain-main di lini tengah.


Sudah jadi ciri khas Benitez, bahwa tim yang dilatihnya menerapakan pressing-pressing yang amat ketat. Untuk merebut bola lawan, bahkan pressing terkadang dilakukan oleh 3 orang (lihat gambar di atas). Karena itu, terlihat dari posisi pemain selama pertandingan, Napoli membentuk segitiga-segitiga yang saling terhubung antar semua pemain. 

Saat pressing bertahan, segitiga-segitiga ini akan menutup rapat pergerakan pemain Juve. Karenanya, wajar saja Juventus bermain sabar.

Sebenarnya, ini adalah trik Conte untuk memancing Napoli menerapkan pertahanan Zonal Marking. Alhasil, Benitez pun terpancing di pertengahan babak pertama, dengan Napoli yang lebih cenderung bermain zonal ketimbang man to man. 

Pola itu menjadi tak efektif karena Napoli menerapkan pertahanan yang amat dalam di belakang. Otomatis area tengah pun kosong. Karena itu Pirlo bebas bermain-main di area sana.

 Menaikkan Garis Pertahanan

Jika di babak pertama segitiga-segitiga Napoli digunakan sebagai alat pertahanan, di babak kedua taktik ini dipakai untuk menyerang. Passing satu-dua antara 3 pemain pun terjadi, dengan jarak antar pemain yang cukup rapat. 

Agar pola ini seimbang, mau tak mau jarak antara ketiga lini tak boleh terlalu jauh. Terbukti di babak kedua, Benitez membuat garis pertahanan yang amat jauh di depan. Bahkan, mendekati garis tengah lapang. Ini terlihat dari grafis heat map dua centerback Napoli, Raul Albiol-Federico Fernandez. Mesti dikatakan, bahwa taktik ini sesuatu yang amat sungguh berani.


Juve Bermain Melebar

Menghadapi gempuran Napoli, Juve menerapkan pertahanan yang teramat rapat di belakang. Posisi gelandang dijadikan palang pintu menahan serangan di luar kotak penalti. Dengan kondisi ini, otomatis Juve mulai menyerang memakai serangan balik yang teramat cepat dengan bermain melebar. Kembali ke pola sebelumnya. 


Namun, kokohnya lini tengah Juve membuat Napoli menyerang dari lini sayap. Akibatnya Asamoah dan Isla pun urung naik ke depan. 
Pada akhirnya, perubahan taktik yang dilakukan oleh kedua pelatih di babak kedua tidak mengubah keadaan. Napoli tidak mampu menjebol gawang Buffon, sementara Juventus malah menambah keunggulan dari aksi individu Pogba dan Pirlo.

Bagi Juventus, kemenangan atas Napoli ini jadi kemenangan keempat beruntun setelah dikalahkan Fiorentina. Total 10 gol dicetak oleh 'Si Nyonya Tua' tanpa kebobolan satu gol pun dalam 360 menit pertandingan. Ini membuktikan baiknya reaksi Juventus akan kekalahan telak dari Fiorentina.

Namun bukan berarti Juventus tidak akan dengan mudah memberikan tantangan pada AS Roma. Kehilangan Bonucci dan Ogbonna di laga selanjutnya akan jadi ujian lagi bagi Conte dan anak asuhnya. Satu hal yang pasti dari kemenangan Juventus ini adalah perebutan gelar scudetto jadi lebih menarik!

{ 2 comments... read them below or Comment }

  1. mantap infonya kang :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. oke gan. blog kami akan selalu memberi info yang mantab mantab gan. :D

      Delete

Translate

Followers

Powered by Blogger.

- Copyright © 2013 New_News -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -